Total Tayangan Halaman

Jumat, 26 Maret 2010

केसक्सियन दलम Pelayanan

KESAKSIAN DALAM PELAYANANOleh: Gr. Roma Siburian STh(Pimpinan Jemaat GMI Agape Gomo, Nias Selatan)Aku berpikir betapa beratnya pelayanan ini karena begitu banyak tantangan yang dihadapi, hal itu terjadi karena perjuanganku menghadapi konflik yang terjadi dalam tubuh GMI.  Mungkin sebahagian orang tidak merasa tertekan oleh karenanya, namun sungguh aku sangat tertekan waktu itu. Aku menyanyangi jemaat yang sudah dua tahun kulayani. Sebelum aku masuk melayani  jemaat di sebuah perusahaan swasta asian agri, jemaat itu sudah enam bulan tidak beribadah lagi, gereja sudah tutup, tidak ada yang melayani karena ada permasalahan waktu itu.Setelah aku melayani di daerah itu, sulit memang untuk mengembalikan kepercayaan /mengajak mereka kembali ke GMI. Mereka sudah banyak yang pindah ke gereja tetangga. Ketika pertama sekali aku  beribadah minggu di gereja tersebut, yang datang  ke gereja hanyalah lay leadernya seorang. Jadi hanya kami berdua dengan lay leader , meskipun kami sudah menunggu jemaat sampai pukul 12 siang tapi tidak seorangpun yang datang. Kami hanya berdoa dan pulang. Terus terang saja aku merasa sangat kecewa sekali saat itu. aku berpikir Tuhan bagaimana mengembalikan jemaat ini dalam pangkuan-Mu melalui Gereja Methodist. Setelah berjuang beberapa waktu dengan model pendekatan dan kunjungan pribadi ke setiap jemaat, maka lambat tapi pasti jemaat kembali beribadah ke gereja  dan aktif kembali.Ternyata  keadaan seperiti ini tidak berlangsung lama, masalahnya konflik yang terjadi dalam tubuh GMI. Jemaat ini adalah seluruhnya karyawan perusahaan asian agri, perusahaan meminta supaya jemaat Methodist wil. I  beralih mengikuti konperensi sementara. Mereka membuat ancaman, kalau tidak mengikuti mereka maka semuanya akan dipecat dari pekerjaannya, tentu saja hal ini membuat mereka takut. Mereka takut kehilangan pekerjaannya, saya tidak dapat memaksa mereka sebab saya tidak bisa memberi mereka pekerjaan. Kebetulan  di KTS ada  oknum petinggi asian agri, itulah sebabnya mereka mengancam demikian. Saya kasihan dengan jemaat tersebut akan tetapi saya tidak dapat berbuat apa-apa , sebab saya harus melanjutkan sekolah saya. Sebelum saya angkat kaki dari daerah itu meeka sudah memasukkan  seorang pelayanan ke daerah tersebut, dan pihak wilayahpun  sudah masuk untuk menggantikan saya, jadi erekqa berdua di tempat itu.Setiap hari saya dipanggil ke kantor untuk membicarakan jemaat itu, agar saya melepaskan jemaaat itu untuk KTS. Saya tetap berkeras meskipun mereka membujuk saya mulai dari iming-iming yang menggiurkan sampai ancaman, tapi saya tidak takut dan tidak mau bergabung dengan mereka. Sebenarnya jemaat tidak mau ke KTS tetapi mereka terpaksa demi keluarga mereka. Demikianlah akhirnya sepeninggal say mereka akhirnya meninggalkan gereja kita bergabung dengan KTS, namun sebelum saya berangkat mereka setuju untuk menyerahkan inventaris gereja kepada wilayah. Konflik yang terjadi dalam gereja kita yang menimbulkan kepedihan dan air mata padahal kita tidak hidup dalam penganiayaan oleh karena mempertahankan iman. Saya berpikir bagaimanakah kami nanti mempertangungjawabkannya dihadapan Tuhan. Kupikir inilah pelayanan paling sulit yang kuhadapi ternyata tidak, mengapa kukatakan demikian…?Pelayaanku yang sekarang malahan tantangan lebih besar dari pada menghadapi konflik dengan KTS. Ketika berangkat dari sibolga menuju nias, aduh…, pertama sekali berangkat langsung membuat jantung deg-degan, habis bagaimana tidak kami sudah berlayar selama empat jam terpaksa kapal kami harus kembali lagi ke pelabuhan sibolga, sebab badai tingginga empat meter, benar-benar menguji jantung. Aku jadi teringat perjalanan John Wesley ketika berlayar dari Amerika menuju Inggris, pikirku kurasa beginilah takutnya dia waktu itu. Kapal kami akhirnya berangkat pagi.  Sesampai ditempat pelayananku.., tantangannya juga sangat besar dan sulit. Jemaat yang kulayani adalah Gomo, daerah ini meskipun sudah kecamatan tua namunmasih kental sekali adapt dan kebiasaan mereka bea dengan daerah-daerah lainnya. Jemaatnya selalu dalam keributan  sehingga terjadi perpecahan. Hamba Tuhan yang melayani terdahulu di sana sudah pernah dikejar-kejar dengan parang unrtuk dibunuh karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Aku sama sekali tidak mengerti bahasa daerah Nias, entah apapun katanya aku tidak tahu, terus terang saja sakit kepalaku kalau aku berada ditengah-tengah mereka, bukan karena aku tidak suka pada mereka tetapi karena aku tidak mengerti sama sekali apa yang mereka katakan.ditambah lagi dengan system yang ada pada gereja Methodist di sana adalah system BNKP, jadi istilahnya Methodist yang BNKP. Susah sekali kurasakan, hendak diperbaharui sedikit demi sedikit aku tidak tahu bahasa daerah. Masalahnya lagi jemaat itu  masih ada 40 % buta huruf, ya.., sudah jelas tidak tahu bahasa Indonesia, hanya sekitar  20 % yang mengerti bahasa Indonesia dan  40 % yang hanya sekadar tahu tetapi tidak mengerti. Baru inilah kurasakan selama aku melayani sulitnya luar biasa, mulai dari medan perjalanannya sampai jemaatnya semuanya benar-benar menguji iman. Sebulan setelah aku tinggal di sanaada rasa jenuhku, ingin nrasanya aku meninggalkan pelayanan itu, untunglah aku masih takut akan Tuhan.Pertama-tama yang kilakukan di sana adalah menjelaskan disiplin dan system GMI yang episkopal, karena selama ini yang dianut oleh gereja  itu adalah sistim  presbeterian sinodal yang dianut oleh BNKP. Majelis yang memutuskan segala sesuatu, pimpinan jemaat tidak dapat berbuat apa-apa, kalau seandainya pimpinan jemaat protes atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat oleh majelis tersebut, maka parang yang akan turun tangan. Demikianlah gereja itu berlangsung selalu ada saja keributan yang dibuat-buat, sehingga GMI bahan pembicaraan di desa itu karena keributannya.  Kenapa saya menjelaskan disiplin kepada mereka ? saya ingin melakukan pergantian majelis, supaya mereka tahu ada periode majelis, jadi majelis bukan jabatan seumur hidup seperti yang mereka pikirkan sehingga mereka berbuat sewenag-wenang. Setelah enam bulan saya di sana, memuali proses pembaharuan perlahan-lahan dengan memberikan penjelasan-penjelasan melalui kebektian rumah tangga. Mulai ada rasa tidak senang kepada saya, majelis mulai merasa terusik dengan kehadiran saya karena selama ini yang tinggal di daerah itu.memang belum ada pelayan. Selama ini majelis digaji namun sesuai dengan hasil konres bahwa tidak ada majelis GMI yang digaji. Itulah sebabnya mereka tidak suka terhadap saya. Untuk pertama sekalinya ketika itu saya bersyukur tidak tahu bahasa daerah, sebab setiap minggu sekretaris setelah warta jemaat selalu membuat  sensasi untuk mempengaruhi jemaat agar membenci saya. Dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak benar dan menjelek-jelekkan saya, tapi saya hanya tersenyum kecut. Suatu kali ketika pemilihan majelis sudah diumumkan, ketua majelis dan lay leader datang kepada saya mengatakan bahwa tidak boleh ada pergantian majelis, kalau masih terus dilaksanakan pasti akan ada keributan. Saya hanya diam saja tanpa komentar sedikitpun, sampai tiga kali mereka datang kepada saya dengan ancaman.  Kalau benar-benar akan diadakan pergantian majelis ini, ibu pasti tahu nanti akibatnya dan kami pastikian tidak ada lagi Methidist di Gomo ini. Akhirnya saya katakan mari kita lihat bersama nanti apa yang akan terjadi, kamu bukan Tuhan, kamu bisa saja merancang apa yang akan kamu lakukan, tapi jika Tuhan bilang tidak semua dapat digagalkannya. Kalau saya takut dengan ancaman kamu, saya tidak akan jauh-jauh datang ke tempat ini, saya datang ke sini untuk melayani Tuhan melalui kamu, kalau kamu tidak mau tidak menjadi masalah tapi saya yakin tidak semua jemaat suika dengan kamu malah mereka tidak menyukai kesewenang-wenangan kamu. Akhirnya pemilihan majelis terlaksa meskipun  banyak tantangannya. Seiring dengan terjadinya pergantian majelis tersebut, maka perubahanpun terjadi perlhan-lahan, dan sampai sekaranf masih tetap dlalam proses dan hasil dari perubahan itu sudah tampak.Seumur hidupku belum pernah kujalani medan pelayanan yang sangat sulit ini, dengan bahasa  yang tidak dimengerti dan ada lagi dua gereja yang perjalanannya  dngan berjalan kaki 10 km, mendaki tiga gunung serta berjalan disela-sela  punggung gunung, sekali tergelincir pastilah jatuh. Aku pikir sangat berat sekali, pengalaman bagaimanakah yang sedang kujalani ini. Kalau misalnya dibiarkan mereka tidak dilayani, kasihan kapan lagi mereka belajar, demikianlah seterusnya. Sekarang jemaat itu mulai mengerti bahasa Indonesia, karena saya khotbah tidak memakai penterjemah lagi seperti ketika saya baru datang, demikian juga sayapun sudah mulai mengerti bahasa mereka sehari-hari dan mulai memasukkan bahasa  sedikit-sedikit ke dalam   khotbah. Akhirnya kami sama-sama belajar dalam soal bahasa.Bayak sekali hal yang perlu dipelajari bagi jemaat ini, sebab mereka sangat ketinggalan dalam segala hal , seperti pendidikan, kesehatan,pertanian dan lain sebagainya. Menurut saya sangat perlu sekali diadakan pembinaan-pembinaan agar pola pokir mereka juga berubah dan berkembang. Apalgi di daerah saya ini masih rawan sekali, perjududian, perdukunan , perkelahian kerap kali terjadi, moral sebagai orang Kristen apalagi sebagai  murid Wesley sulit ditemui di sana. Itulah memang perjuangan yang harus dillakukan oleh pelayan Tuhan.banyak hal lagi yang perlu dilakukan di sana perlu dengan perjuangan, ketekunan dan kesabaran dari hamba-hamba Tuhan yang melayani di sana. Biarlah Tuhan tetap menolong hambanya.

Rabu, 10 Maret 2010

He Change my life

“He Change my life”
2 Kor 3:18)
Dia merubah hidupku
Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,MA

“maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya , dalam kemuliaan semakin besar”

Di dunia ini ada dua yang kekal (tidak berubah):
1. Allah tidak berubah—kekal
2. Perubahan itu sendiri—artinya perubahan itu sendiri tidak pernah berubah dia kekal, dan tetap akan ada.

Perubahan adalah hal yang mutlak dialami—contoh:
• Anak-anakk menjadi dewasa dan akhirnya menjadi tua.
• Kota Medan dalam 5 tahun yang lalu tentu tidak sama dengan sekarang atau dengan 10 tahun yang akan datang.
• Situasi sekarang tidak sama dengan situasi masa lalu dan masa yang akan datang.
• Dan banyak yang lainnya.

Artinya perubahan itu mutlak ada dan itu adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya ataupun perubahan dipercepat/ dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan atau pengubah-pengubah aktif yang berada di sekitar kita. Kita melihat berbagai contoh manusia sekitar kita berubah oleh pengarus factor pengubah yang ada di lingkungannya:
1. Kenakalan remaja----remaja dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik sehingga mereka menjadi tidak baik seperti; tawuran, mengonsumsi narkoba, ugal-ugalan dan lain-lain.
2. Hampir semua anak remaja sekarang punya HP, karena remaja pingin punya HP seperti remaja yang lain--- hal ini dipercepat dengan pengaruh dari remaja ke remaja.
3. Mode----mode yang muncul hari ini di Jakarta akan dengan cepat merambah ke Medan dan sampai ke Nias selatan, ini dengan cepat tersebar karena pengaruh media telekominiukasi yang serba cepat.
4. dll.

Jadi kita bisa mengambil satu Pernyataan: Manusia bisa berubah, apakah berubah ke arah yang lebih baik atau kea rah yang lebih buruk.

Thema Renungan kita mengatakan “He Change my life” (Dia merubah hidupku)—artinya kita sebagai orang percaya mempunyai kerinduan hidup kita berubah dan kita biarkan hidup kita diubah, ada nilai keterbukaan terhadap perubahan yang dibuat oleh Tuhan. Dengan simple:

• kita/anda mau hidup anda berubah atau diubah--- my life berarti;
cara hidup, pandangan hidup yang mendasar (philosofi hidup)
• Pengubah itu adalah Tuhan (God) or Holy Spirit yang bekerja di dalam hati anda.
• Tujuan perubahan itu “gambar Kristus” manusia yang menuju kepada kesempurnaan. PATRON adalah Kristus yang tak berubah.
• CHange my life harus diawali dengan changes my heart, tanpa perubahan hati (sikap) mustahil terjadi perubahan hidup. Jika anda mau merubah hidup anda mau ubahlah hati anda----karena apa yang anda lakukan di dalam hidup anda itu adalah gambaran yang sebenarnya di dalam hati anda.

Jumat, 05 Maret 2010

BEBERAPA CATATAN DALAM MEMIMPIN KEBAKTIAN

BEBERAPA CATATAN DALAM MEMIMPIN KEBAKTIAN
Oleh : DS Pdt. T.M. Karo-karo,MA

Perkataan Jhon Wesley:
In essensial unity, in non essensial diversity……….
Di dalam hal-hal yang mendasar kita harus sama, tetapi di dalam hal yang tidak mendasar kita bisa beda….

Hubungannya dengan Acara Kebaktian:
 Tata acara Kebaktian di GMI tidak harus sama di semua tempat
 Tetapi semuanya harus dilaksanakan dengan teratur, tertib
 Ada hal-hal mendasar yang harus sama di setiap tempat
 Kebaktian harus dipersiapkan dengan baik

Hal-hal yang Perlu dipersiapkan Sebelum memulai Kebaktian
 Tempat/Gereja/Alat-alat
o Tempat hrs bersih dan diatur rapi
o Mimbar, meja altar, organ, mic, kantong persembahan

 Petugas
 Siapa yang memimpin Kebaktian (liturgos)
 Membaca Nyanyian (jika perlu)
 Membaca Warta Jemaat
 Penerima tamu
 Pengumpul Persembahan
 Pengkhotbah
 Doa Syafaat
Catatan: biasanya sdh dibuat roster di gereja
 Tata Acara/materi
o Acara mana yang dipakai (ditentukan)
o Kalau ada bulletin maka sudah diperbanyak
o Berapa koor, Vocal Group yang akan ditampilkan
o Semua materi acara sudah dikuasai, dipelajari petugas
o Warta gereja sudah dicatat dengan baik dan siap dibacakan
o Surat-surat yang perlu dibacakan sudah disiapkan, ada sebagian surat perlu dibaca seluruhnya dan ada yang perlu dibaca intinya saja.
o Sebelum dimulai kebaktian semua petugas perlu kembali cek ulang.





 Jemaat
o Ruang ibadah tidak sama dengan ruangan pertemuan umum
o Setiap Jemaat setelah masuk ke gereja hendaknya memfokuskan diri pada ibadah dan Firman Tuhan.
o Kalau tidak terpaksa jangan keluar dari tempat Ibadah, seperti:
Merokok atau makan sirih dan keluar
Keluar pada waktu khotbah
Waktu kebaktian hanya l.k 1,5 jam pergunakan sebaiknya.
o Ikuti semua yang diperintahkan oleh pemimpin ibadah: berdiri, duduk, bernyanyi, berdoa, dll.

 Beberapa Unsur Kebaktian:
Pengertian Ibadah:
o Tempat Allah bertemu dengan umatNya dan sebaliknya
o Tetapi pertemuan itu bukan hanya di gereja pada hari minggu saja
o Dalam Ibdah harus ada dialog antara Allah dan umatNya dan sebaliknya.
o Allah berfirman, manusia menjawab, Allah memberi manusia mengucap syukur, Allah mengampuni manusia memuji namaNya.
 Votum : Proklamasi, pernyataan, pengakuan atas pertolongan Allah.
 Introitus: nats pendahuluan yang berhubungan dengan tahun gereja.
 Pengakuan Dosa: - jemaat bersama-sama (bisa mewakili)
 Nyanyian: -disesuaikan dengan Khotbah, tahun gereja
o Dalam bernyanyi pemimpin yang harus mengarahkan (terlebih kalau tak ada organ)
o Jangan terlalu lambat, apalagi nyanyian Methodist umumnya semangat
o Koor harus dipertimbangkan: karena kebaktian bukan festival koor
 Beberapa nyanyian yang selalu dinyanyikan dalam ibadah minggu:
1. Nyanyian Pembukaan ; “Bimbing kami Yesus…”
2. Nyanyian Gloria Patri: “Mulia bagi bapa…..”
3. Nyanyian Persembahan: “ Mohon Tuhan memberkati…”
4. Doxologi: “Kepada Allah bri puji…”
5. Penutup: Amin 3 X

PERANAN MAJELIS DALAM GEREJA :

PERANAN MAJELIS DALAM GEREJA :KEPEMIMPINAN PARTISIFATIF DALAM MENJALIN KEMITRAAN  DENGAN SESAMA SEBAGAI KAWAN SEKERJA ALLAH(GAYA KEPEMIMPINAN GEREJA PADA MASA KINI)Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,MA  Penatalayanan mempunyai dua akar kata yaitu tata dan layan, yang dikembangkan menjadi penata dan layanan.  Penatalayanan diterjemahkan dari bahasa Inggris “stewardship” dan dari bahasa Yunani  “oikonomia”—“oikonomos” yang merujuk kepada fungsi seorang manajer.  Kata “oikonomos” terdiri dari dua suku kata yaitu “oikos” yang berati sebuah rumah dan “nemo” berati  mengatur. Meskipun kata tersebut sering dipergunakan untuk pekerjaan bisnis, namun dalam  Titus 1:7,  diterjemahkan sebagai pengatur rumah Allah.  Seorang pengatur rumah Allah, seseorang harus memiliki kriteria, seperti: memiliki moral yang tidak cacat, tidak pemarah, tidak serakah, bijaksana, adil, dapat menguasai diri dan dapat dipercaya.  Dalam ungkapan tersebut terkandung nilai-nilai spiritual dan moral. Sebagai seorang penatalayan, seseorang tidak hanya bertanggung jawab dalam hal-hal yang bersifat rohani saja tetapi bertanggung jawab terhadap harta kekayaan jemaat. Peran dan peranan seorang penatalayan, berkaitan erat dengan tugas manajerial yaitu mengatur semua harta milik Allah: berkat jasmani dan karunia-karunia Roh Kudus.  Kalau dilihat dari fungsi seorang penatalayan maka tuga utamanya adalah menatalayani atau memanajemeni semua harta kekayaan Allah baik yang diberikan kepada jemaat sebagai institusi atau warga jemaat sebagai anggota dari tubuh Kristus. Dalam Efesus 4, Paulus menjelaskan bahwa setiap anggota jemaat memiliki karunia yang berbeda sesuai dengan pemberian Kristus. Yesus telah memberikan baik kepada para rasul maupun para nabi, karunia-karunia yang berbeda dengan tujuan untuk memperlengkapi jemaat Tuhan bagi pekerjaan pelayanan, yaitu pembangunan tubuh Kristus.  Tujuan lain adalah agar setiap jemaat memiliki pengetahuan yang benar tentang anak Allah, memiliki kedewasaan iman  untuk mencapai kesatuan iman.  Hal tersebut perlu dilandaskan kepada nilai-nilai kekudusan dalam PL dan nilai-nilai tanggungjawab dalam Perjanjian Baru. Untuk ini, secara khusus penatalayanan terhadap karunia-karunia Roh Kudus yang berimplikasi  kepada pengembangan jemaat akan diberi perhatian.  Karunia-karunia dari Tuhan akan memberikan kemampuan kepada orang-orang Kristen untuk dapat melakukan pelayanannya dengan sukacita dan bertanggung jawab. Ada beberapa istilah yang sering dipergunakan dalam Perjanjian baru tentang “Karunia-karunia Roh Kudus”. Istilah “DOREA” dan “DOMA” dipergunakan, meskipun agak jarang (Ef. 4:8; Kis.11:17). PNEUNATIKOS dan KHARISMA seringkali dikemukakan dalam Perjanjian baru, tetapi istilah yang paling umum dipergunakan dalam perjanjian baaru adalah istilah “Kharisma”. Kata “Kharisma” berarti “Karunia Roh Kudus” , adalah istilah yang selalu dipergunakan oleh Paulus, kecuali dalam 1 Petrus 4:10. Kharisma menunjukkan penebusan atau keselamatan sebagai pemberian Allah secara cuma-cuma (Rm 5:15; 6:23); suatu karunia yang memampukan orang-orang Kristen dapat melayani Tuhan di dalam gereja (1 Kor 7:7); atau suatu karunia khusus yang diberikan oleh Tuhan dengan tujuan memampukan orang Kristen agar dapat melakukan suatu pelayanan secara khusus di dalam Gereja (Rm 12:28). Karunia-karunia Roh Kudus dapat dibaca dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11, 28-30; Ef. 4:7-12. Karunia-karunia Roh Kudus dapat dialami oleh setiap orang percaya untuk menghayati iman dan pengabdiannya, dan pada umumnya akan berakibat positif bagi pelayanan di Gereja Tuhan, Karunia-karunia Roh Kudus memang sangat diperlukan oleh setiap orang karena karunia-karunia tersebut akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk lebih setia melayani Tuhan dengan penuh tanggung jawab.  Perjanjian Baru menginterprestasikannya dengan jelas meskipun tidak jarang banyak orang menafsirkan dan menggunakan untuk kepentingan Pribadi, bahkan ada kecenderungan untuk memperalat karunia-karunia Roh Kudus, demi memenuhi ambisi dan popularitas pribadi. Karunia Roh Kudus merupakan aset Allah yang diberikan dengan cuma-cuma kepada setiap orang percaya, untuk memperlengkapi diri bagi pelayanan dalam pembangunan tubuh Kristus.  Perjanjian Baru dengan tegas membagi karunia-karunia Roh Kudus menjadi dua kelompok; satu kelompok merupakan suatu kuasa untuk melakukan mukjizat dan kelompok lain bukan suatu tindakan mukjizat -- yang kelihatannya sama dengan ketrampilan atau tugas sehari-hari. Keduanya bertalian erat dengan pemberitaan firman Tuhan dan pelayanannya praktis, dan keduanya saling melengkapi. KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS Perjanjian Baru mendaftar karunia-karunia Roh Kudus sebagai berikut:• Karunia kuasa untuk mengadakan mukjizat (1 Kor.12:10, 28-29).• Karunia untuk menyembuhkan (1 Kor.12:9, 28, 30).• Karunia memberi pertolongan (1 Kor. 12:28).• Karunia memimpin atau administrasi (1 Kor.12:28; Rm 12:8).• Karunia Iman (1 Kor.12:9).• Karunia Rasul (1 Kor.12:28;Ef. 4:11).• Karunia Kenabian (1 Kor. 11:14-15, 12:2 dst; Kis 14:28).• Karunia membedakan Roh (1 Kor. 12:10, 14:28).• Karunia untuk mengajar (Rm 12:8; 1 Kor.12:28-29).• Karunia menasehati (Rm 12:8).• Karunia untuk berkata-kata dengan kalimat (1 Kor.12:8).• Karunia untuk berkata-kata dengan pengetahuan (1 Kor.12:8).• Karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh (1 Kor.12:10).• Karunia untuk menafsirkan bahasa Roh (1 Kor.12:10).• Karunia sebagai pekabar Injil (Ef. 4:11; 2 Tim. 4:5; Kis. 21:8).• Karunia untuk melayani (Rm 12:7).• Karunia untuk membagi-bagikan sesuatu (Rm. 12:8). • Karunia untuk menunjukkan kemurahan (Rm. 12:8).• Karunia untuk menggembalakan (Ef. 4:11). Rasul Paulus menjelaskan kepada Jemaat Korintus bahwa meskipun berbeda-beda tetapi semua karunia tersebut berasal dari Roh yang sama. Paulus berkata, “Ada rupa-rupa karunia tetapi satu Roh dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai tanda perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama”. (1 Kor.12:47). Karunia apapun yang diterima, seharusnya dipergunakan dalam konteks pelayanan Tubuh Kristus. Kedudukan karunia-karunia Roh Kudus adalah sama diha-dapan Allah. Dengan karunia-karunia Roh Kudus, orang-orang Kristen akan memiliki semangat dan kesetiaan yang tinggi untuk melayani Tuhan. Karunia-karunia dipergunakan bukan untuk kompetisi secara rohani -- siapa yang lebih rohani dari yang lain --, melainkan dengan karunia-karunia Roh Kudus seseorang akan dapat dipakai oleh Tuhan untuk membangun Tubuh Kristus.  Tujuan akhir dari karunia-karunia Roh Kudus adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus dalam pembangunan Tubuh Kristus. Untuk hal ini, para pemimpin Gereja seharusnya menyediakan waktu yang cukup untuk mendoakan, mempelajari, menggali dan memperlengkapi warga jemaat dengan ketrampilan khusus sesuai dengan kadar karunia yang diterimanya dari Allah.  Dengan pimpinan Roh Kudus, pemimpin Gereja harus semakin terbuka dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Roh Kudus untuk memimpin dan memberikan karunia-karunia khusus kepada jemaat, sehingga setiap warga Jemaat dapat berperan serta aktif dalam pembangunan Tubuh Kristus. Memberikan kesempatan kepada warga Gereja untuk bekerja secara partisipatif dalam melaksanakan Tri Tugas Gereja (Bersekutu, Bersaksi dan Melayani). Untuk hal ini, para pemimpin Gereja harus bersedia bekerja keras, menggali dan mengembangkan potensi Jemaat, demi tercapainya kualitas pelayanan yang lebih baik. Memberikan kesempatan kepada seluruh warga Jemaat untuk berkiprah bersama-sama dalam mewujudkan persekutuan Tubuh Kristus.  Bagaimanapun wujudnya, karunia-karunia Roh Kudus adalah kuasa dan dinamika yang menyebabkan Gereja bertumbuh, karena Gereja tidak tergantung kepada satu atau beberapa orang saja, melainkan kepada semua anggota. Dengan sendirinya warga jemaat bukan hanya penduduk gereja statis atau merupakan pengunjung-pengunjung Gereja yang berfungsi sebagai penonton saja, tetapi mereka adalah aktifis-aktifis Gereja yang dipenuhi dengan dinamika.  Warga Jemaat yang memiliki karunia-karunia Roh Kudus akan menjadi rekan sekerja yang dinamis serta menjadi teman seperjuangan dalam memproklamirkan Injil Kristus serta membangun Tubuh Kristus, sehingga Gereja Tuhan mampu berinteraksi di tengah-tengah masyarakat dunia ini. PEMIMPIN GEREJA SEBAGAI PENGGALI DAN PENGELOLA KASIH KARUNIA ALLAH Benarkah, apabila Gereja terbuka lebar dengan karunia-karunia Roh Kudus, akan menghadapi kekacauan? Banyak pemimpin Gereja yang mulai takut, oleh karena pengalaman yang traumatis tentang hal itu.   Salah satu karunia Roh Kudus yang harus dimiliki oleh para Gembala adalah karunia memimpin dan administratif, agar mampu menggali dan mengelola karunia serta memimpin jemaat untuk mewujudkan persekutuan yang harmonis diantara warga jemaat, yang memiliki karunia-karunia berbeda. Dengan karunia dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang Kristen, maka mereka akan menggunakannya semaksimal mungkin untuk melaksanakan pembangunan Tubuh Kristus.  Kepemimpinan semacam ini disebut sebagai kepemimpinan partisipatif. Tuhan Yesus dan Rasul telah memberikan contoh yang jelas tentang hal ini. Meskipun Yesus mampu menjalankan sendiri misi yang diberikan Allah, tetapi ia lebih cenderung memilih murid-murid dan menjalankan misi tersebut bersama-sama murid-muridNya. Demikian juga halnya dengan Paulus, ia mampu membentuk tim dalam melaksanakan tugas misinya.  Bahkan ia mampu membentuk tim misi pekabaran Injil yang bersifat internasional yang bersifat multikultural. Dan Paulus jugalah yang mengajarkan tentang karunia-karunia Roh Kudus yang berbeda-beda.  Rasul Paulus berkata, ”...dengan berpegang teguh kepada kebenaran. Di dalam kasih kita bertumbuh ke segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala”(Ef.4:15). Konsep Kristosentris akan membawa setiap warga Jemaat kepada Kepala Gereja, yaitu Yesus Kristus.  Roh Kudus akan menyadarkan setiap orang, bahwa dengan karunia-karunia yang dimiliki kita seharusnya saling menghargai sesama rekan yang akhirnya mempemuliakan Kristus. Mereka tidak akan mencuri kemuliaan Allah untuk kepentingan atau ambisi pribadinya. Dalam hal ini, Rasul Paulus menegaskan bahwa daripadaNyalah seluruh tubuh yang tersusun rapi dan diikat menjadi satu pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota.  Dengan karunia-karunia yang berbeda, warga Jemaat mampu bergandengan tangan, bekerja bersama-sama, saling melengkapi dan dapat duduk berdampingan memuji serta memuliakan Tuhan. Para pemimpin Gereja harus dapat melihat dengan jeli sepak terjang Jemaat Tuhan, untuk dapat mempersiapkan dan memperlengkapi mereka dengan ketrampilan-ketrampilan khusus, sehingga mereka mampu menjawab semua masalah yang timbul melalui terobosan-terobosan baru, yaitu melalui kerjasama secara partisipatif sesuai dengan karunia-karunia yang mereka miliki.  PERANAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN GEREJA TUHAN Terdapat beberapa peranan karunia-karunia Roh Kudus di dalam kehidupan bergereja:Menghangatkan dan mengakrabkan Persekutuan anak-anak Tuhan  Rasul Paulus berkata, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sekerja Allah, yang dibangun diatas dasar para Rasul dan para Nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:19-20).  Jika karunia-karunia Roh Kudus dipergunakan dengan bertanggung jawab, maka akan tercipta suatu persekutuan yang akrab dan hangat. Tidak ada seorangpun yang merasa asing di dalam persekutuan. Mereka akan merasa saling memiliki seorang dengan yang lain. Sebagai kawan sewarga, akan mampu menciptakan suasana persekutuan, untuk saling mengisi, menasehati dan bertumbuh bersama-sama dalam Kristus. Ada suasana baru di dalam gereja Tuhan. Menciptakan suasana yang teratur dan tertib  Di dalam Dia, tubuh seluruh bangunan rapi tersusun, menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan (Ef. 2:21). Perbedaan karunia tidak menyebabkan bangunan persekutuan nampak kacau seperti benang ruwet, namun sebaliknya. Setiap orang yang mampu menghargai karya Roh kudus dalam kehidupan orang percaya, akan menyebabkan  mereka mampu bersekutu dengan semangat yang sama untuk mewu-judkan bangunan yang indah melalui pebedaan-perbedaan yang mereka miliki. Perbedaan-perbedaan karunia menyebabkan gereja semakin anggun dan menampakkan kemahakayaan si pemilik Gereja, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Di dalam Dia, seluruh warga Jemaat rapi tersusun menjadi Bait Allah yang hidup, yang kelihatan sebagai persekutuan orang percaya, yang menggemakan pujian dan kasih. Menciptakan iklim kerja yang dinamis  Sesuai kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, menerima pertumbuhan dan membangun dirinya dalam kasih (Ef. 4:16b). Orang-orang Kristen yang menerima karunia dari Roh Kudus, tidak hanya mau menjadi pengunjung, penonton atau pengkritik, tetapi Roh Kudus akan memampukan tiap anggota untuk melayani sesuai dengan karunia yang mereka miliki.  Sebagai kawan sekerja Allah dengan bimbingan Roh Kudus, mereka akan saling melayani dan memberitakan Injil Kristus sehingga hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan, pelipatgandaan warga Gereja dapat terjadi dan berakibat pada pelayanan Lintas Budaya. Dinamika Roh Kudus akan bergema dan bergelombang dalam kehidupan warga Jemaat, yang menyebabkan semangat dan dedikasi yang tinggi dari seluruh warga dan datangnya orang-orang baru kepada Kristus.  Kharisma bukanlah suatu yang negatif, tetapi merupakan manifestasi Roh Kudus dalam kehidupan seorang pelayan dan senjata yang sangat ampuh untuk mengembangkan Gereja Tuhan. Pergerakan Gereja dalam Kisah Para Rasul, dapat terjadi oleh karena pimpinan Roh Kudus dan keterbukaan pemimpin-pemimpin Gereja terhadap kharisma-kharisma Roh Kudus serta memberi kesempatan kepada JemaatNya untuk mengalami kuasa Tuhan. Namun, berulangkali Rasul Paulus mengingatkan agar kerapian dan ketertiban gereja perlu dipelihara, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan, seperti yang tertulis dalam Efesus 4:16, “DaripadaNyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih”. KESIMPULAN Mengapa begitu banyak pemimpin-pemimpin gereja yang mengalami stagnasi dalam dunia modern ini? Jawabannya tidak sederhana, karena yang dihadapi adalah masalah yang sangat kompleks. Mereka membutuhkan pendekatannya yang lebih bersifat menyeluruh dan harus melihat manusia dari semua aspek hidupnya.  Sebagai mahluk sosial manusia sedang mengalami perubahan total. Totalitas inilah yang merupakan sumber dari konflik dan ketegangan. Pada dasarnya banyak orang yang belum siap berubah tetapi telah berubah karena hidup dalam zaman yang sedang berubah. Dalam konteks ini, pendeta tidak dapat bekerja sendirian. Sebagai partner atau kawan sekerja Allah, para hamba Tuhan harus mampu menggali karunia dan kemampuan yang dimiliki oleh Jemaat, dan memanfaatkannya secara maksimal.  Dibawah terang Kristus dan pimpinan Roh Kudus, pemimpin-pemimpin gereja harus mampu melaksanakan tugas penatalayanannya yaitu menggali, mengelola dan mengembangkan karunia yang dimiliki oleh Jemaat serta siap bergandengan tangan untuk bekerja bersama dan bersama-sama bekerja dalam menyelesaikan pembangunan Tubuh Kristus. Dengan motto, “Keberhasilan dan kegagalan adalah milik bersama”.  Dalam hal ini, gembala akan berfungsi sebagai mitra dan kawan sekerja bagi majelis gereja dan jemaat, dan sebaliknya majelis berfungsi sebagai mitra dan kawan sekerja dari pendeta dan jemaat. Pada puncaknya jemaat dapat menjadi mitra dan kawan sekerja bagi pendeta dan majelis gereja. Kepemimpinan tidak berlangsung dari atas ke bawah, atau dari bawah ke atas, tetapi bersifat partisipatif dan interaktif.  Kepemimpinan partisipatif adalah model kepemimpinan Pastoral dalam Perjanjian Baru dan KEPEMIMPINAN Masa Kini yang paling tepat. Sistem kepemimpinan ini merupakan salah satu alat bedah masalah yang paling canggih DALAM DUNIA YANG SEMAKIN PLURALISTIK INI. Hal ini membuktikan bahwa Alkitab tidak pernah ketinggalan zaman. Bahkan manajemen Alkitab juga telah dipakai sebagai dasar manajemen modern yang banyak diadopsi oleh kelompok-kelompok non-Kristen.  Namun harus diakui bahwa yang ideal ini sulit dilaksanakan, namun setiap orang Kristen harus berjuang mewujudkan kebersamaan melalui kepemimpinan partisifatif seperti yang telah dilakukan oleh guru dan Juruselamatnya -- Yesus Kristus -- serta yang telah direkonstruksi ulang dan dilaksanakan oleh Paulus secara praksis, kondusif dan dialektis. Dalam hal ini penatalayanan yang baik dan bertanggungjawab akan berakibat kepada pengembangan jemaat dan pertumbuhan gereja.

Jiwaku Memuliakan Tuhan

“JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN”  (Lukas 1:46)Sub Thema: Dengan semangat Natal marilah kita memenuhi hidup kita  untuk memuliakan TuhanSebelum kita mengupas thema Perayaan Natal kita pada malam ini, terlebih dahulu kita melihat latar belakang  perkataan Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan. Pernyataan ini tidak dapat dipisahkan dengan dengan pemberitaan malaikat Tuhan kepada Maria yang menyatakan: …..sesungguhnya engkau akan mengandung  dan akan melahirkan dan hendaklah engkau menamai Dia YESUS.  (Luk 1:28-31). Anak itu akan disebut:• Anak Allah yang maha tinggi• Dia akan menjadi npenerus tahta Daud• Akan menjadi raja keturunan yakub selama-lamanya.• Yang kudsu Aanak AllahJawab Maria; bagaimana itu terjadi sedangkan aku belum bersuami…..Jawab malaikat: Roh kudus akan turun ke atasmu….Kata Maria: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. (1:38). 1. Walau bagaimanapun beratnya pergumulan Maria akibat dia dipakai oleh Allah melakukan rencanaNya tetapi dia tetap taat pada Tuhan. 2. Tuhan memberikan kekuatan kepada Maria dengan memberikan tanda-tanda lahiriah ketika dia bertemu dengan Elisabet. 3. Ada suatu hubungan yang erat antara ayat 38 dengan ayat 46, orang yang memberikan dirinya dipakai oleh Tuhan – itulah yang mengatakan Jiwaku memuliakan Tuhan .4. Jiwaku memuliakan Tuhan berarti di dalamya ada penyerahan diri yang mendalam, siap menangggung resiko atas penyerahan diri tersebut. Jiwa melambangkan seluruh keberadaan diri baik tubuh , roh dan cita-cita. 5. Orang yang menyatakan jiwaku memuliakan Tuhan berarti dia menyerahkan seluruh keberadaan hidupnya, jalan hidupnya kepada Tuhan yang Dia muliakan---karena dia mempunyai kepastian bahwa Tuhan tidsak akan mengecewakan Dia. 6. Maria tidak memikirkan lagi bagaimana masa depannya apakah suram atau cerah—yang penting bagi dia melakukan kehendak Allah. Aplikasi:• 21 Des 2009 sebagai Hari ibu, saya kurang tahu kenapa tgl tersebut dibuat seagai hari ibu---hari tersebut diperingati secara nasional. • Yang penting bagi kita ada suatu momen untuk menghormati kaum ibu, sebagai Pembina bangsa baik secara rohani maupu secara jasmani.• Sudah pasti pengaruh perkembangan diri Yesus sangat dipengaruhi dari ketaatan ibunya Maria, baik sebelum dia lahir, masih bayi, dan bahkan sesudah kanak-kanak dan remaja. • Banyak pahlawan-pahlawan rohani yang menjadi teladan bagi sebagai seorang ibu yang berhasil membina anaknya menjadi hamba Tuhan yang luar biasa: Hana, St Monika, dan bahkan banyak lagi yang dicatat dengan tinta. • Moral ibu akan ditularkan kepada anak-anaknya melalui asi dan ajaran, teladan. • Sehingga kita sangat merindungakan ibu-ibu (PWMI) dapat mengaatakan : Jiwaku memuliAKAN Tuhan. Artinya ibu-ibu: taat, menyerahkan diri, menyerahkan masa depan, memuliakan Tuhan dengan pekerjaan, pergaulan hidup. Menyerahkan hidup mereka hanya kepada Tuhan saja. Semoga.