Total Tayangan Halaman

Minggu, 13 April 2014



Khotbah Penghiburan di Rumah Bishop RPM Tambunan
II Korintus 7:10

“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”.
Sejarah pernah mencatat satu mahluk hidup yang sangat-sangat singkah hidupnya di dunia ini ... (coba, ada yang bisa nebak gak berapa lama mahluk hidup itu hidup selama di dunia ini?) ... Hanya 3 jam sajah! -> Lahir, tumbuh menjadi dewasa, kawin-mawin, bertelur, mati ... hanya 3 jam saja.
Nama mahluk hidup itu adalah ... Tissa Flowers  ... Serangga yang pernah ada, tapi katanya sih sekarang sudah punah ... Mereka hanya lahir - hidup - kawin - bertelur - mati ... Tiga tahun kemudian telur-telur itu menetas dan siklusnya kembali lagi seperti itu, hanya 3 jam saja hidup di dunia ini lalu mati.
Saya menceritakan kisah nyata itu karena membayangkan apa jadinya kalau hal seperti itu terjadi dalam siklus hidup manusia juga? Hanya 3 jam hidup lalu .... pergi. "Melihat orang-orang yang ada di sekitar kita ... meninggalkan dunia ini ... dan pergi".

Dalam berbagai hasil survey, di tinggalkan meninggal dunia orang yang ada di dekat kehidupan kita ... menempati urutan paling pertama dari penyebab seseorang Stress Berat! Dan seseorang kalau sedang mengalami streess berat, dia akan cenderung untuk mempertanyakan segala sesuatunya ... termasuk mempertanyakan rencana Tuhan.
(Dalam kebaktian syukur waktu itu, ada seorang anak dari Opung yang meninggal mengatakan: "Iya benar, saya selalu bertanya kenapa Mama harus pergi sebelum saya menikah .... )
Itulah sebabnya mengapa dalam ayat Alkitab yang kita baca hari ini, dibedakan antara:
a. Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah
b. Dukacita yang dari dunia.
Di mana bedanya?
Salah satu perbedaan yang sangat mencolok ya yang sekarang ini .... Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah adalah saat di mana ada satu titik di mana kita mungkin marah, gak terima, menggugat dan tentu saja sedih ... AKAN TETAPI, berakhir pada sebuah ucapan syukur.



Itu artinya ada pendamaian dalam diri ketika menyadari bahwa situasi kehilangan yang kita rasakan hari ini adalah yang terbaik untuk mama dan kita .... Dan itu proses yang utuh waktu untuk akhirnya bisa berdamai dengan rencana Tuhan dan mengucap syukur ... lalu melanjutkan kehidupan dengan tenang dan sejahtera.

BEDANYA dengan dukacita yang datang dari dunia ini adalah .... prosesnya tiada pernah berakhir ...
- Kesedihan yang tiada pernah berakhir ...
- Ratapan yang tiada pernah berakhir ...
- Gugatan kemarahan yang tiada pernah berakhir ...
- Hingga dikatakan dalam ayat kita hari ini ... berujung pada 'kematian' ... Dia hidup tapi sebenarnya dia sedang melanjutkan hidupnya dengan 'mati' ... tak ada semangat, tak ada daya untuk menatap masa depan ... tampak rusak segalanya ...
Hari ini adalah hari pendamaian antara diri kita yang ditinggalkan oleh ---------- dengan Tuhan sang empunya Rencana itu ...Mari kita bersyukur karena kita tidak lagi dalam situasi duka ... duka yang dari dunia itu tidak lagi menguasai kehidupan kita ...

Tugas kita adalah melanjutkan apa yang menjadi perjuangan………., apa yang diimpikan …. ... tentang kita, tentang keluarga ... tentang masa depan ....




Sabtu, 29 Maret 2014




Khotbah Minggu 30 Maret 2014
“MATA HATI YANG MELIHAT TERANG AKAN MEMBERIKAN PERUBAHAN HIDUP”
Yohanes 9:1-41
BY: Rev. T.M. KARO-KARO, STH,MA
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada seorang nabipun dalam Perjanjian lama yang pernah melakukan mujizat mencelikkan kebutaan. Demikian pula dalam Perjanjian Baru, tidak pernah dicatat ada seorang murid Yesus/rasul yang melakukan mujizat serupa. Hanya Yesus seorang yang pernah mencelikkan orang buta dengan frekwensi lebih banyak daripada penyakit lainnya.
Ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan dalam kisah ini:
1. Pernyataan bahwa Tuhan Yesus adalah terang dunia semakin ditekankan dalam wujud tindakan kesembuhan bagi orang buta ini.
Sebelum Tuhan Yesus melakukan mukjizat kesembuhan bagi orang yang buta sejak lahir itu, Dia kembali mengklaim atau menyatakan diriNya sebagai TERANG DUNIA. Dengan demikianTuhan Yesus menetapkan koneksi yang jelas antara menyembuhkan orang yang buta secara fisik dengan menyatakan diri sebagai TERANG DUNIA yang menyapa dunia dan mencelikkan mata hati atau spritualitas manusia yang masih gelap atau buta. Jika di Yohanes 8:12, Tuhan Yesus sudah menyatakan diri sebagai TERANG DUNIA, maka kini pernyataan-Nya ini diwujudnyatakan di dalam karya…di dalam perbuatan.
2. Pengenalan akan Tuhan Yesus akan  semakin berkembang ketika kita bergaul dengan Dia
Dari ayat 8—13 kita dapat melihat bagaimana orang yang sekarang sudah bisa melihat itu ditanyai macam-macam oleh tetangganya. Pada ayat 19-23 kita menjumpai lagi orang yang sudah bisa melihat ini dibawa ke depan keluargnya. Dan pada ayat 24-34, sekali lagi orang yang sudah dapat melihat itu dicecar sedemikian rupa oleh orang-orang Farisi. Perhatikanlah reaksi sikap yang terekam dalam pengakuan orang buta yang kini sudah melihat itu. Pertama, dia mengakui Yesus sebagai seseorang (ayat 11), lalu ia mengatakan Yesus adalah nabi (ayat 17), Yesus adalah seseorang yang melakukan mukjizat (ayat 25), Yesus adalah seseorang yang dari Allah dan didengar Allah (ayat 31, 33), dan pada akhirnya ia percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang diutus Allah (ayat 38).
Tidak mudah bagi orang buta yang sekarang sudah bisa melihat ini untuk sampai pada tahap pengakuan,”Aku percaya Tuhan” dan sujud menyembah Yesus. Perhatikan bahwa proses pengenalan dan iman kepada Tuhan Yesus itu bertumbuh seiring dengan interogasi yang dia lalui. Terang yang dia terima tidak hanya mencelikkan matanya tetapi juga mata hatinya.
3. Ucapan Tuhan Yesus di dalam ayat 39: “Barangsiapa yang tidak dapat melihat menjadi dapat melihat; barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta.
Tuhan Yesus mendengar bahwa orang yang Dia sembuhkan tadi diusir oleh orang-orang Farisi, barangkali dia dikucilkan dan diintimidasi oleh orang-orang sekitarnya karena dia ngotot mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias…penyembuh dan penyelamat hidupnya. Maka Tuhan Yesus mendatangi dia dan kemudian orang tersebut mengaku percaya dan kemudian Tuhan Yesus mengatakan:
Aku datang ke dunia untuk menghakimi…supaya orang yang buta melihat dan orang yang melihat menjadi buta. Orang-orang Farisi merasa tersindir, namun sekali lagi Tuhan Yesus mengatakan Sekiranya kamu buta maka kamu tidak berdosa dan sekiranya kamu melihat maka kamu tetap berdosa.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia kita tidak akan menemukan makna kalimat-kalimat Yesus. Namun dalam teks bahasa Yunani kita akan tahu maksud dari pernyataan Tuhan Yesus ini, coba perhatikan:
Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat (me blepontes-> tidak melihat, buta), dapat melihat (bleposin-> melihat), dan supaya barangsiapa yang dapat melihat (blepontes-> melihat), menjadi buta (tuphloi ginomai-> buta).
Perhatikan kata ginomai yang memiliki akar kata sama denganginosko yang artinya mengerti, memahami, menyadari. Dengan permainan makna kata ini Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa memang mata jasmani orang-orang Farisi dapat melihat namun mata hati atau spiritualitas mereka tidak mengerti…tidak menyadari bahwa TERANG DUNIA itu ada di hadapan mereka. Orang buta yang kini sudah bisa melihat itu dengan kerendahan hati mau menerima dan percaya pada TERANG DUNIA yang menyapa hidupnya sehingga dia mengalami perkembangan pengenalan dan iman kepada TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus sedangkan orang Farisi merasa diri sudah tahu…sudah mengerti…sudah pintar sehingga tidak membuka diri pada sapaan Sang TERANG DUNIA!
Dari kisah ini kita dapat melihat bahwa orang yang buta sejak lahir itu menjadi sembuh. Dia dapat melihat kembali. Tidak hanya mata jasmani yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus namun rupanya mata hati orang ini juga melihat dan menyambut Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA. Lalu apa makna kisah ini bagi kehidupan kita saat ini?
Kita bersyukur karena Tuhan memberi kita anugerah sehingga mata hati kita dapat melihat Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA. Lalu apa wujud nyata dari seseorang yang mata hatinya melihat dan menyambut Tuhan Yesus sebagai TERANG DUNIA? Maka undangan bagi setiap kita adalah:
 Mengakui Tuhan Yesus sebagai Yang Paling Berdaulat di dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Perhatikan kisah orang buta yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus ini. Dia mengakui bahwa kesembuhannya hanya diperoleh melalui Tuhan Yesus yang tergerak oleh belas kasihan untuk menyembuhkannya. Dan kesaksiaannya di hadapan para tetangga dan orang-orang Farisi juga keluarganya semakin meneguhkan pengenalan dan keyakinan imannya bahwa hanya Tuhan Yesus , Anak Manusia yang diutus oleh Allah yang paling berdaulat di dalam hidup ini.
Pengakuan dan sikap orang buta yang sudah sembuh ini menjadi cermin bagi kita untuk mengimani kedaulatan Tuhan Yesus di dalam hidup kita. Berapa banyak dari kita yang tidak menempatkan Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang berdaulat atas hidup kita, sebagai TERANG dalam hidup kita? Kalau kita sakit misalnya, sejauh mana kita mampu mempercayai kedaulatan Tuhan Yesus akan sakit dan sembuh kita? kalau kita sedang mengalami kesulitan di dalam hidup ini, sejauh mana kita mengimani kedaulatan Tuhan Yesus atas susah senangnya hidup kita? Pengalaman perjumpaan dengan TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus seharusnya membawa kita pada keyakinan atau iman bahwa hanya Tuhan Yesuslah yang paling berdaulat di dalam hidup kita.Ingat, kebutaan spritiual sangat berbahaya.
 Menjadi pembawa terang bagi orang-orang disekitar kita.
Siapa sich diantara kita yang tidak pernah mendengar lagu Amazing Grace? (Sangat Besar AnugrahMU) Tentu semua pernah mendengar dan bahkan bisa menyanyikannya. Lagu ini diciptakan oleh seorang  Inggris bernama John Newton. John Newton adalah seorang Kapten Kapal Greyhound. Tidak hanya sekedar menjadi kapten kapal tetapi juga seorang penjual budak yang kejam dan tidak segan-segan membunuh. Bukan 1 atau 2 nyawa yang dia bunuh, tetapi 400-600 orang dia bunuh.
Suatu kali dia berlayar dari Inggris ke Benua Afrika dengan tujuan membawa sebanyak mungkin orang-orang Afrika untuk dijual di Inggris sebagai budak. Dari desa satu ke desa Afrika lainnya, Ia berburu dan menyerang manusia untuk dijadikan budak. Baginya, siapa saja orang Afrika yg mencoba melawan dan menolak untuk dijadikan budak. Setelah menemukan orang-orang yang mau dibawa ke Inggris, John memasukkan mereka ke dalam kapalnya, kapal Greyhound. Naasnya kapal itu hanya muat 400 orang, namun John tetap mengangkut 650 orang sehingga kapal itu menjadi sesak karena sempitnya ruang gerak dan kurangnya oksigen sehingga banyak yang meninggal di tengah perjalanan. Tidak hanya itu, John tidak mau memberi makan para budak yang dia angkut. Maka lengkap sudah penderitaan di atas kapal itu. Dalam pelayaran tersebut terjadi badai di Lautan Atlantik. Badai ganas ini hampir menenggelamkan kapal si John Newton. Serentak para budak itu dirantai dan dipasung oleh John dan para awaknya. Beberapa orang dari ke-30 awak kapal John menduga bahwa badai ini karena ulah John Newton yang sangat tidak berprikemanusiaan. Namun John yang sejak usia 11 tahun tidak pernah berdoa dan membaca Alkitab lagi tidak menggubris komentar awak kapalnya. Lama kelamaan badai ini bukannya reda tetapi semakin hebat mengamuk dan menghantam kapal John Newton. Pada saat itulah dia berteriak, “Tuhan, kasihanilah kami.” Saat itu John sangat ketakutan karena badai dan juga takut kalau Tuhan marah dan tidak mendengarkan seruannya. Dengan ketakutan dia berdoa, “YA TUHAN, Jika Engkau Benar, Engkau PAsti menepati janjiMu. Sucikanlah hatiku yang kotor ini.”
Setelah 4 minggu berlalu setelah badai itu, dan juga persediaan makanan di kapal Greyhound mulai menipis, dia melabuhkan kapalnya di pelabuhan Irlandia. Seketika itu pula John Newton langsung pergi ke gereja. Dan dia pun menciptakan lagu yang berjudul Amazing Grace dengan diiringi gemuruh ombak, percikan air dan kicauan burung. Dan kini dia berubah, dia tidak lagi menjual budak bahkan dia adalah tokoh pertama di Inggris yang menentang perbudakan.
Perhatikan bahwa ada perubahan hidup yang dialami oleh John Newton. Terang yang sudah membuat dia melihat itu adalah terang yang sudah membukakan mata hatinya. Sehingga dia mau percaya dan mempercayakan kehidupanya kepada Kristus yang berdaulat. Dan kepercayaannya itu dia wujudkan dalam kesaksian tindakan nyata dalam hidup sehari-hari yaitu menghentikan perbudakan.
Terang Dunia yaitu Tuhan Yesus Kristus yang sudah menyapa kita mengundang kita untuk percaya dan mempercayakan hidup kita pada kedaulatan. Tidak hanya berhenti pada percaya saja tetapi diwujudkan lewat tindakan sehingga orang-orang di sekitar kita itu juga dapat melihat TERANG DUNIA yang berdiam di dalam diri kita masing-masing. Kita diberi kesempatan untuk menunjukkan terang kasih Allah di dalam kehidupan kita. Bahkan kesaksian yang sederhana sekalipun dapat menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan terang kasih Allah di dalam hidup kita sehingga orang-orang di sekitar kita percaya akan TERANG DUNIA yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Amin.





Sabtu, 24 Agustus 2013

Khotbah Minggu 25 Agustus 2013
GMI Kasih Karunia, Jln Hang Tuah 2, Medan
Nats: Lukas 13:10-17
Thema: Berserahlah sepenuhnya kepada Tuhan
Oleh : Pdt. T.M. Karo-karo,STh, MA
        I.            Illustrasi Pembuka
·         Pengalaman masa lalu mempermainkan orang yang bungkuk (tdk bisa tegak) oleh karena ada kelainan
·         Sering disuruh melihat  ke atas----ada pesawat tabrakan atau ada bintang yang jatuh dll
·         Tujuannya hanya supaya ia ingin melihat ke atas, atau menoleh dengan cepat.
·         Tokoh kita yang pertama ini sebenarnya penuh dengan penderitaan secara jasmani dan rohani akibat gangguan yang ada dalam tubuhnya (18 tahun sakit)
      II.            Ada 3 Tokoh yang harus kita teliti/pahami  dalam : Lukas 13:10-17
1.       Perempuan yang sudah 18 Tahun sakit
·         Menderita secara jasmani, jiwa: oleh karena penyakit
·         Tetapi tetap setia beribadah: mampu bersyukur kepada Tuhan dalam kelemahannya pun (13:1)
·         Dia disembuhkan---memuliakan Tuhan (13:13)
2.       Tuhan Yesus
·         Memamahami makna ibadah---ibadah menjalin hubungan dengan Allah dan sesama (13:16)
·         Kasih adalah hakekat dari ibadah (13:15)
·         Ibadah yang di-implementasikan di dalam hidup

3.       Kepala Rumah Ibadah (Ketua Sinagoge)
·         Pemahaman yang kaku tentang Sabat/ibadah
·         Tidak memahami makna ibadaha secara lengkap
·         Dia Dikuasai oleh Egoismenya

    III.            Refleksi/Aprilkasi
1.       Hidup dengan problema adalah saudara kembar
2.       Jika berani hidup maka harus berani menghadapi masalah
3.       Janganlah persoalan hidup membuat kita menjauh dari Tuhan, dari pertemuan-pertemuan Ibadah (ibrani 10:25)
4.       Justru semakin ada persoalan hidup maka kita semakin dekat dengan Tuhan—dosis doa kita harus ditingkatkan.
5.       Ibadah harus dipahami di dalam kasih, jika dalam ibadah tidak ada kasih maka itu bukan ibadah yang sebenarnya.
6.       Kita harus menghindar dari pemahaman yang kaku tentang ibadah
7.       In esensial unity, in non- esensial diversity



                

Jumat, 08 Februari 2013


Ringkasan Khotbah Pada Minggu 23 Desember 2012
OLEH: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh, MA
Thema: “Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu” Luk. 2:30)

BISA MELIHAT YANG TIDAK KELIHATAN

1.  Pedahuluan:

Kelahiran Yesus adalah perkara besar, Mesias datang, Allah yang maha kuasa menjelma, tetapi hanya sedikit orang yang bisa melihat, bisa mengerti dan percaya. Simeon bisa melihat keselamatan yang dari Tuhan, yang sudah disediakan di hadapan segala bangsa, keselamatan bagi seluruh dunia (ayat 31). Banyak orang-orang yang tampaknya rohani dan besar, tetapi mereka tidak bisa melihat kemuliaan Allah yang besar ini, padahal begitu nyata di muka matanya.
Orang yang bisa melihat perkara dari Allah yang tidak kelihatan itu menjadi sangat sukacita dan berapi-api Ibr 11:27. Begitu juga hati Simeon sangat bergembira, sebab bisa melihat rencana agung dan besar dari Allah yang besar sebab Simeon bisa mengerti (oleh Roh Kudus) sehingga dalam bayi yang tidak bisa apa-apa itu ia melihat keselamatan dari Tuhan, cahaya bagi orang kafir dan kemuliaan bagi umat Tuhan (kita bisa menjadi umat Tuhan dan sangat mulia kekal di Surga – ayat 32). Bahkan Simeon mengerti lebih banyak dari Yusuf dan Maria yang keheran-heranan (ayat 33). Dan Simeon juga memberi berkat Tuhan bagi Yusuf dan Maria serta menguatkan keduanya untuk terus mengerjakan tugasnya sampai selesai kurang lebih 33-34 tahun kemudian (ayat 34-35) Simeon begitu girang dan ia kemudian mati dengan sepuas-puas umurnya. Seperti Yakub Kej 46:30, seperti Abraham Kej 25:8, seperti Yusuf Kej 50:24-25.
Jadi orang benar dan berkenan kepada Tuhan, mengerti kehendak dan rencana Allah dalam hidup kita (setingkat demi setingkat seiring dengan pertumbuhan rohaninya) dari Firman Tuhan dan Roh Kudus serta taati dengan tulus dengan kuasa Roh Kudus, maka hidup ini akan menjadi berarti di dunia dan di Surga, sebab kita ikut melakukan satu bagian dari rencana Allah semesta, sekaligus kita bisa tumbuh dan menerima pahala dan kemuliaan yang kekal.
2.    Melihat Yang tidak Kelihatan----meningkatkan kemampuan untuk melihat dan dan merasakan keadaan sehingga bisa merasakan dan menyatakan keadaan yang sesungguhnya. (Vision yang jelas)
Simeon bisa melihat bahwa di dalam anak yang kecil itu terlihat real keselamatan untuk segala bangsa. Di dalam Dia Kerajaan Allah telah dinyatakan dan telah hadir di dalam dunia ini----itulah yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis kemudian dengan seruannya: Bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah dating.

3.    Dengan kehadiran Mesias, maka Allah ingin menghadirkan Syaloom bagi Israel; syaloom adalah sejahtera secara rohani dan sejahtera secara jasmani. Sejahtera secara jasmani adalah : Cukup makan, papan, kesehatan, dan berpendidikasn.
4. Mampukah kita melihat karya Allah di tengah-tengah komunitas kehidupan kita.

5.    Mampukah kita melihat itu ? Oleh sebab itu mari masyrakat dan pemerintah bergandeng tangan. Masyakat lihat, rasakan dengan teliti…..Pemerintah lihat dan rasakan dengan sensitive, sehingga engkau bisa menghadirkan syaloom di tengah-tengah masyarakat. Selamat Hari natal.



Sabtu, 08 Desember 2012


RINGKASAN KHOTBAH MINGGU 09 DESEMBER 2012
ADVENT II DI GMI CINTA MAJU
Nats Alkitab: Lukas 3:1-6
Thema:” Pertobatan yang benar-benar disambut Allah dengan pengampunan yang sempurna”
Oleh: DS Pdt. T.M. Karo-karo,STh,MA


1.       Pendahuluan
Lukas menjelaskan secara rinci masa,  keadaan dan para pemimpin, baik pemimpin di pemerintahan maupun pemimpin agama ketika Allah melaksanakan missiNya melalui hambaNya Yohanes Pembaptis.  Ketika itu Yohanes pembaptis melaksanakan pelayanannya di sekitar daerah Galilea (atau sekitar sungai Yordan).  Inti dari seruanNya adalah: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu”.  Dari seruan itu kita dapat urutkan menjadi beberapa poin yaitu:
·         Bertobatlah
·         Baptislah
·         Pengampunan
Sebenarnya ketiga hal itu sangat berhubungan, bertobat lebih menekankan suatu sikap  hati yang ingin menuju kepada suatu perubahan yang lebih baik, keinginan berubah oleh karena ingin meninggalkan cara hidup lama yang penuh dengan dosa atau kebobrokan. Sedangkan Baptisan adalah tindakan kita untuk menyerahkan diri kepada Allah yang memberikan pengampunan dan merubah kita menjadi lebih baik. Dengan baptisan kita masuk ke dal;am perlindungan Allah dan menyatakan bahwa Dia adalah penyelamat yang memberikan kepada kita pengampunan dosa. Tindakan pertobatan kita akan disambut oleh Allah dengan Pengampunan yang sempurna.
2.       Respons Manusia menjawab seruan Allah
·         Lapangkanlah hati dan pemikiran dalam menyambut Dia
·         Jangan biarkan halangan sekecil dan sebesar apapun dalam menyambut Dia
·         Lihatlah dan rasakan  keselamatan yang dari Tuhan
Artinya persiapkanlah diri untuk menyambut dia, serahkanlah diri secara sempurna kepada Dia, bertobatlah dengan jiwqa dan raga maka akan disambutnya dengan pengampunan yang sempurna.
3.       Pertobatan dan Penyerahan hidup yang total kepada Allah akan menyebabkan kita melihat dan merasakan keselamatan yang dari Tuhan. Orang yang secara total menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnyalah yang akan merasakan pengampunan yang sesungguhnya; dan akan melihat keselamatan itu dengan mata rohaninya, sehingga dia dengan takjub dan heran melihat dan merasakan berkat yang luar biasa dari Allah.
Orang Kristen yang demikian akan senang menjadi Kristen, kekristenan itu dibuatnya bukan hanya sebagai topeng---tetapi dia menghidupi dan dihidupi oleh kekritenan itu. Tuhan memberkati.

Sidikalang. 09 Desember 2012



Minggu, 18 April 2010

येसुस सुम्बेर दमे सेजह्तेरा

YESUS SUMBER DAMAI SEJAHTERA
Nats Alkitab: Yohanes 20:19-31
Oleh: DS Pdt. T.M.karo-karo,STh,MA

Thema: “Kehadiran Yesus menciptakan Damai Sejahtera dalam Hidup kita”

1. Setelah peristiwa kematian Yesus di kayu salib kondisi para murid Tuhan dan para pengikut lainnya serba tidak menentu dan kacau balau. Mereka serba ketakutan dan terpencar mencari jalan sendiri. Kematian itu menjadi satu momok bagi mereka, apalagi kematian itu sungguh suatu kematian yang memalukan karena Yesus digolongkan kepada penjahat-penjahat. Keadaan ini sangat mempengaruhi keadaan psikologis dan mental para murid yang tentu saja sangat berpengaruh pada keadaan kerohanian mereka. Dan dan hal ini meyebabkan mereka kocar-kacir dan tak ada lagi kesatuan.

2. Kehadiran Yesus pada malam itu (ayat 19-22) memberikan suatu semangat yang baru, harapan dan keberanian yang baru dan bahkan suatu sukacita yang baru. Dengan perkataan Yesus : “Damai Sejahtera bagi kamu” (ayat 19 c) adalah suatu perkataan pemberi semangat yang menjadi motor dan kekuatan baru yang membuat suatu semangat yang baru di dalam kehidupan para murid. Tentu saja damai sejahtera yang diberikan oleh Yesus kepada mereka adalah menjadi modal mereka untuk memberitakan damai sejahtera kepada dunia ini. Pemberitaan damai sejahtera berarti memberitakan Kabar Pengampunan Dosa bagi setiap manusia yang tentu saja bagi orang yang menerima pengampunan itu maka dosanya kan diampunin tetapi bagi orang yang menolak maka dia akan mendapatkan pengampunan.


3. Di sisi lain Tomas, seorang murid Yesus yang tentu saja ikut diterjang kemelut tersebut telah mencari jalan lain, dan kalau kita renungkan betapa hancurnya hatinya ketika mengetahui Yesus mati secara tidak terhormat. Salah satu kebiasaan buruknya adalah meninggalkan persekutuan mereka bersama sehingga pada malam itu dia tidak menyaksikan kehadiran Yesus dib tengah-tengah para murid. Sehingga dia tidak menuai atau memiliki Damai sejahtera yang diberitakan oleh Tuhan. Tomas mengatakan sebelum aku……(ayat 25). Tetapi Tuhan mengasisi Tomas, dia ingin Tomas tak terhilang, melainkan Dia ingin Tomas tetap ikut dalam persekutuan para murid oukut menjadi saksi dan pembererita damai sejahtera itu. Dia hadir…Dia mengatakan kepada Tumas:”taruhlah jarimu….jangan tidak percaya…” (ayat 27) Artinya Yesus mengabulkan apa yang diinginkan oleh Tomas. Akibat kehadiran Yesus maka timbul suatu Revolusi iman pada Tomas dan dia mengatakan perkataan yang belum pernah dikatakannnya sebelumnya: “ya Tuhahnku dan Allahku” Ayat (28). Damai Sejahtera telah ada di dalam dirinya….dan Dia memberitakan damai sejahtera itu….

4. Refleksi: Damai sejahtera yang diberikan Yesus kepada dalam hidup kita menjadi awal baru dalam melanjutkan hidup kita, tanpa damai sejahtera itu kita masih terus dalam kuasa dosa dan akibat-akibat yang ditimbulkan dosa tersebut. Damai sejahtera itu menciptakan kasih, sukacita, dan buah-buah rohani yang tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kita. Orang-orang Kristen yang telah menyaksikan kebangkitan Yesus Kristus secara rohani akan menjadi sumber damai sejahtera dimanapun dia hadir.

5. Orang Kristen yang telah mengalami pengalaman Paskah akan menjadi sumber damai sejahtera, bukan sebaliknya menjadi sumber malapetaka. Dari dalam dirinya, keluarganya akan tampak….pancaran-pancaran terang Kristus…yang akan menerangi orang….di dalam dirinya akan nyata apa yang disebutkan Yesus: menjadi garam dan terang dunia.

6. Orang Kristen harus taat pada ibadah, karena dalam ibadahlah imannnya akan bertumbuh, persekutuan semakin erat, di dalam ibadah juga kita akan diberkati, di dalam ibadah kita akan menyaksikan kehadiran Tuhan. Dapat dikatakan hidup orang Kristen tidak bisa dipisahkan dengan Ibadahnya. Dan juga dari Ibadahlah kita akan diutus ke dalam dunia….untuk menerangi dunia ini menjadi orang yang benar-benar beribah. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kita adalah orang beriman tetapi kita tidak menghadiri ibadah---ibadah adalah tempat kehadiran Tuhan.

7. Jadi dengan demikian kita tidak dapat membayangkan kalau gereja sebagai tubuh Kristus tidak perduli terhadap damai sejahtera atau bukan sebagai tempat damai sejahtera, mari kita renungkan pernyataan ini yang kita idam-idamkan terhadap diri kira atau terhadap gereja kira:

• Gereja harus menjadi gereja yang menerima damai sejahtera.
• Gereja harus menjadi gereja yang memiliki damai sejahtera.
• Gereja harus menjadi gereja yang menjadi tempat damai sejahtera.
• Gereja harus menjadi gereja yang memancarkan damai sejahtera.
• Gereja harus menjadi gereja yang memberitakan damai sejahtera.
• Gereja harus menjadi gereja yang memberikan damai sejahtera.




Teluk Dalam 11 April 2010




DS Pdt. T.M. karo-karo, STh, MA

Jumat, 26 Maret 2010

केसक्सियन दलम Pelayanan

KESAKSIAN DALAM PELAYANANOleh: Gr. Roma Siburian STh(Pimpinan Jemaat GMI Agape Gomo, Nias Selatan)Aku berpikir betapa beratnya pelayanan ini karena begitu banyak tantangan yang dihadapi, hal itu terjadi karena perjuanganku menghadapi konflik yang terjadi dalam tubuh GMI.  Mungkin sebahagian orang tidak merasa tertekan oleh karenanya, namun sungguh aku sangat tertekan waktu itu. Aku menyanyangi jemaat yang sudah dua tahun kulayani. Sebelum aku masuk melayani  jemaat di sebuah perusahaan swasta asian agri, jemaat itu sudah enam bulan tidak beribadah lagi, gereja sudah tutup, tidak ada yang melayani karena ada permasalahan waktu itu.Setelah aku melayani di daerah itu, sulit memang untuk mengembalikan kepercayaan /mengajak mereka kembali ke GMI. Mereka sudah banyak yang pindah ke gereja tetangga. Ketika pertama sekali aku  beribadah minggu di gereja tersebut, yang datang  ke gereja hanyalah lay leadernya seorang. Jadi hanya kami berdua dengan lay leader , meskipun kami sudah menunggu jemaat sampai pukul 12 siang tapi tidak seorangpun yang datang. Kami hanya berdoa dan pulang. Terus terang saja aku merasa sangat kecewa sekali saat itu. aku berpikir Tuhan bagaimana mengembalikan jemaat ini dalam pangkuan-Mu melalui Gereja Methodist. Setelah berjuang beberapa waktu dengan model pendekatan dan kunjungan pribadi ke setiap jemaat, maka lambat tapi pasti jemaat kembali beribadah ke gereja  dan aktif kembali.Ternyata  keadaan seperiti ini tidak berlangsung lama, masalahnya konflik yang terjadi dalam tubuh GMI. Jemaat ini adalah seluruhnya karyawan perusahaan asian agri, perusahaan meminta supaya jemaat Methodist wil. I  beralih mengikuti konperensi sementara. Mereka membuat ancaman, kalau tidak mengikuti mereka maka semuanya akan dipecat dari pekerjaannya, tentu saja hal ini membuat mereka takut. Mereka takut kehilangan pekerjaannya, saya tidak dapat memaksa mereka sebab saya tidak bisa memberi mereka pekerjaan. Kebetulan  di KTS ada  oknum petinggi asian agri, itulah sebabnya mereka mengancam demikian. Saya kasihan dengan jemaat tersebut akan tetapi saya tidak dapat berbuat apa-apa , sebab saya harus melanjutkan sekolah saya. Sebelum saya angkat kaki dari daerah itu meeka sudah memasukkan  seorang pelayanan ke daerah tersebut, dan pihak wilayahpun  sudah masuk untuk menggantikan saya, jadi erekqa berdua di tempat itu.Setiap hari saya dipanggil ke kantor untuk membicarakan jemaat itu, agar saya melepaskan jemaaat itu untuk KTS. Saya tetap berkeras meskipun mereka membujuk saya mulai dari iming-iming yang menggiurkan sampai ancaman, tapi saya tidak takut dan tidak mau bergabung dengan mereka. Sebenarnya jemaat tidak mau ke KTS tetapi mereka terpaksa demi keluarga mereka. Demikianlah akhirnya sepeninggal say mereka akhirnya meninggalkan gereja kita bergabung dengan KTS, namun sebelum saya berangkat mereka setuju untuk menyerahkan inventaris gereja kepada wilayah. Konflik yang terjadi dalam gereja kita yang menimbulkan kepedihan dan air mata padahal kita tidak hidup dalam penganiayaan oleh karena mempertahankan iman. Saya berpikir bagaimanakah kami nanti mempertangungjawabkannya dihadapan Tuhan. Kupikir inilah pelayanan paling sulit yang kuhadapi ternyata tidak, mengapa kukatakan demikian…?Pelayaanku yang sekarang malahan tantangan lebih besar dari pada menghadapi konflik dengan KTS. Ketika berangkat dari sibolga menuju nias, aduh…, pertama sekali berangkat langsung membuat jantung deg-degan, habis bagaimana tidak kami sudah berlayar selama empat jam terpaksa kapal kami harus kembali lagi ke pelabuhan sibolga, sebab badai tingginga empat meter, benar-benar menguji jantung. Aku jadi teringat perjalanan John Wesley ketika berlayar dari Amerika menuju Inggris, pikirku kurasa beginilah takutnya dia waktu itu. Kapal kami akhirnya berangkat pagi.  Sesampai ditempat pelayananku.., tantangannya juga sangat besar dan sulit. Jemaat yang kulayani adalah Gomo, daerah ini meskipun sudah kecamatan tua namunmasih kental sekali adapt dan kebiasaan mereka bea dengan daerah-daerah lainnya. Jemaatnya selalu dalam keributan  sehingga terjadi perpecahan. Hamba Tuhan yang melayani terdahulu di sana sudah pernah dikejar-kejar dengan parang unrtuk dibunuh karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Aku sama sekali tidak mengerti bahasa daerah Nias, entah apapun katanya aku tidak tahu, terus terang saja sakit kepalaku kalau aku berada ditengah-tengah mereka, bukan karena aku tidak suka pada mereka tetapi karena aku tidak mengerti sama sekali apa yang mereka katakan.ditambah lagi dengan system yang ada pada gereja Methodist di sana adalah system BNKP, jadi istilahnya Methodist yang BNKP. Susah sekali kurasakan, hendak diperbaharui sedikit demi sedikit aku tidak tahu bahasa daerah. Masalahnya lagi jemaat itu  masih ada 40 % buta huruf, ya.., sudah jelas tidak tahu bahasa Indonesia, hanya sekitar  20 % yang mengerti bahasa Indonesia dan  40 % yang hanya sekadar tahu tetapi tidak mengerti. Baru inilah kurasakan selama aku melayani sulitnya luar biasa, mulai dari medan perjalanannya sampai jemaatnya semuanya benar-benar menguji iman. Sebulan setelah aku tinggal di sanaada rasa jenuhku, ingin nrasanya aku meninggalkan pelayanan itu, untunglah aku masih takut akan Tuhan.Pertama-tama yang kilakukan di sana adalah menjelaskan disiplin dan system GMI yang episkopal, karena selama ini yang dianut oleh gereja  itu adalah sistim  presbeterian sinodal yang dianut oleh BNKP. Majelis yang memutuskan segala sesuatu, pimpinan jemaat tidak dapat berbuat apa-apa, kalau seandainya pimpinan jemaat protes atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat oleh majelis tersebut, maka parang yang akan turun tangan. Demikianlah gereja itu berlangsung selalu ada saja keributan yang dibuat-buat, sehingga GMI bahan pembicaraan di desa itu karena keributannya.  Kenapa saya menjelaskan disiplin kepada mereka ? saya ingin melakukan pergantian majelis, supaya mereka tahu ada periode majelis, jadi majelis bukan jabatan seumur hidup seperti yang mereka pikirkan sehingga mereka berbuat sewenag-wenang. Setelah enam bulan saya di sana, memuali proses pembaharuan perlahan-lahan dengan memberikan penjelasan-penjelasan melalui kebektian rumah tangga. Mulai ada rasa tidak senang kepada saya, majelis mulai merasa terusik dengan kehadiran saya karena selama ini yang tinggal di daerah itu.memang belum ada pelayan. Selama ini majelis digaji namun sesuai dengan hasil konres bahwa tidak ada majelis GMI yang digaji. Itulah sebabnya mereka tidak suka terhadap saya. Untuk pertama sekalinya ketika itu saya bersyukur tidak tahu bahasa daerah, sebab setiap minggu sekretaris setelah warta jemaat selalu membuat  sensasi untuk mempengaruhi jemaat agar membenci saya. Dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak benar dan menjelek-jelekkan saya, tapi saya hanya tersenyum kecut. Suatu kali ketika pemilihan majelis sudah diumumkan, ketua majelis dan lay leader datang kepada saya mengatakan bahwa tidak boleh ada pergantian majelis, kalau masih terus dilaksanakan pasti akan ada keributan. Saya hanya diam saja tanpa komentar sedikitpun, sampai tiga kali mereka datang kepada saya dengan ancaman.  Kalau benar-benar akan diadakan pergantian majelis ini, ibu pasti tahu nanti akibatnya dan kami pastikian tidak ada lagi Methidist di Gomo ini. Akhirnya saya katakan mari kita lihat bersama nanti apa yang akan terjadi, kamu bukan Tuhan, kamu bisa saja merancang apa yang akan kamu lakukan, tapi jika Tuhan bilang tidak semua dapat digagalkannya. Kalau saya takut dengan ancaman kamu, saya tidak akan jauh-jauh datang ke tempat ini, saya datang ke sini untuk melayani Tuhan melalui kamu, kalau kamu tidak mau tidak menjadi masalah tapi saya yakin tidak semua jemaat suika dengan kamu malah mereka tidak menyukai kesewenang-wenangan kamu. Akhirnya pemilihan majelis terlaksa meskipun  banyak tantangannya. Seiring dengan terjadinya pergantian majelis tersebut, maka perubahanpun terjadi perlhan-lahan, dan sampai sekaranf masih tetap dlalam proses dan hasil dari perubahan itu sudah tampak.Seumur hidupku belum pernah kujalani medan pelayanan yang sangat sulit ini, dengan bahasa  yang tidak dimengerti dan ada lagi dua gereja yang perjalanannya  dngan berjalan kaki 10 km, mendaki tiga gunung serta berjalan disela-sela  punggung gunung, sekali tergelincir pastilah jatuh. Aku pikir sangat berat sekali, pengalaman bagaimanakah yang sedang kujalani ini. Kalau misalnya dibiarkan mereka tidak dilayani, kasihan kapan lagi mereka belajar, demikianlah seterusnya. Sekarang jemaat itu mulai mengerti bahasa Indonesia, karena saya khotbah tidak memakai penterjemah lagi seperti ketika saya baru datang, demikian juga sayapun sudah mulai mengerti bahasa mereka sehari-hari dan mulai memasukkan bahasa  sedikit-sedikit ke dalam   khotbah. Akhirnya kami sama-sama belajar dalam soal bahasa.Bayak sekali hal yang perlu dipelajari bagi jemaat ini, sebab mereka sangat ketinggalan dalam segala hal , seperti pendidikan, kesehatan,pertanian dan lain sebagainya. Menurut saya sangat perlu sekali diadakan pembinaan-pembinaan agar pola pokir mereka juga berubah dan berkembang. Apalgi di daerah saya ini masih rawan sekali, perjududian, perdukunan , perkelahian kerap kali terjadi, moral sebagai orang Kristen apalagi sebagai  murid Wesley sulit ditemui di sana. Itulah memang perjuangan yang harus dillakukan oleh pelayan Tuhan.banyak hal lagi yang perlu dilakukan di sana perlu dengan perjuangan, ketekunan dan kesabaran dari hamba-hamba Tuhan yang melayani di sana. Biarlah Tuhan tetap menolong hambanya.